Umar bin Abdul Aziz Insan dengan sejarah menawan


Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz Insan dengan sejarah menawan akan masa kepemimpinannya saat menjabat sebagai khalifah. Ia membalikkan 180 derajat keadaan hidupnya dari yang bermewah harta menjadi penuh dengan keterbatasan ketika dirinya diangkat sebagai khalifah. Ia juga yang dikenal sebagai khalifah yang mampu mengembalikan kesejahteraan umat Islam, Ia juga yang menjadi penyelamat wajah Daulah Umayah di mana para raja berkuasa semena-mena dan perpecahan terjadi di mana-mana.

Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah setelah wafatnya sepupunya dan kakak iparnya, Sulaiman bin Abdul Malik. Saat itu kekuasaan Daulah Umawiyah telah mencapai Andalus (Spanyol) di benua Eropa dan Kasghar di daratan China. Dengan wilayah kekuasaan yang begitu luas meliputi banyak negara di tiga benua; Asia, Afrika, dan Eropa; sudah tentu Umar bin Abdul Aziz sibuk mengatur kehidupan rakyatnya.

Umar bin Abdul Aziz seorang yang Tawadhu’ yang berarti ‘merendahkan’. Tawadhu; merupakan perangai merendahkan kelebihan, menundukkan hati agar tidak menunjukkan ia lebih baik dari pada orang lain.Tentu akan ada banyak karakteristik seorang mukmin yang bersemayam dalam diri Umar bin Abdul Aziz hingga dirinya ditaati sebagai pemimpin dan namanya tertera dalam daftar sejarah kebanggaan umat muslim.Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang paling dekat.

Belajar memiliki karakter tawadhu’ menjauhkan seseorang dari sifat sombong. Perangai ini penting bagi seorang pemimpin karena karakter sombong membuat si sombong merasa orang yang ada di sekitarnya punya kedudukan tidak lebih baik dari dirinya, membuat ada tembok pemisah antara si sombong dan orang-orang di sekitarnya, yang akhirnya menjauhkan orang-orang di sekitarnya dari si sombong.

Dalam Al Quran surat As-Syu’araa’ ayat 215, Allah menyuruh seorang muslim untuk merendahkan dirinya di hadapan para pengikutnya yang beriman. Ayat ini menjadi dasar bagi seorang pemimpin untuk merendahkan diri di hadapan para rakyatnya yang beriman, bukan menyombongkan diri.

Berikut sepenggal kisah hidup Umar bin Abdul Aziz menggambarkan betapa tawadhu’nya beliau sebagai seorang pemimpin. Kisah tersebut terjadi ketika suatu malam ada seseorang yang bertamu ke rumah Umar bin Aziz. Kala itu sang khalifah sedang menulis di tengah kondisi cahaya lampu yang mulai redup. Sang tamu yang melihat keadaan itu kemudian ingin memperbaiki lampu tersebut, namun hal itu dicegah oleh sang khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz ingin memuliakan tamunya sehingga tidak memperbolehkan tamunya merepotkan diri untuk membenahi lampu yang mulai redup itu. Sang tamu tak berhenti sampai di situ, ia kemudian menganjurkan agar Umar bin Abdul Aziz membangunkan pembantu beliau, namun anjuran si tamu juga ditolak oleh sang khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak ingin mengganggu pembantunya beristirahat. Hingga pada akhirnya sang khalifah sendiri yang turun tangan memperbaiki lampu tersebut.

Kisah di atas menunjukkan betapa rendah hatinya khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia tidak sombong atas kedudukannya sebagai khalifah yang sebenarnya bisa saja menyuruh si tamu yang berkunjung untuk memperbaiki lampunya dengan kedudukan beliau sebagai khalifah, namun beliau lebih memilih memuliakan tamu tersebut. Atau bisa saja sang khalifah membangunkan pembantu beliau yang sesudah beristirahat, namun sang khalifah lebih memilih untuk tidak mengganggu istirahatnya si pembantu.

Begitulah para pemimpin umat Islam terdahulu mengajarkan keteladanan pada kita. Umar bin Abdul Aziz memberikan gambaran keindahan tawadhu’, ketika seseorang menurunkan egonya untuk menyamakan dirinya di hadapan manusia dan merendahkan dirinya di hadapan Allah Azza wa Jala.

Latest
Previous
Next Post »